Jumat, 24 Maret 2017

Didikan (Sudah Salah Sejak Awal)

“Benar”, satu kata yang dapat memberi seulas senyuman bagi seseorang. Berbeda jika ia mendapat kata “salah”, akan terbesit suatu hal negatif menyelimuti. Sebal, kecewa, itulah yang dirasa oleh setiap orang.
Benar dan salah selalu dijadikan setiap orang dalam mengkategorikan suatu keberhasilan dan kegagalan. Benar dan salah pula selalu dijadikan tolok ukur dalam pendidikan bangsa. Namun benar dan salah sebenarnya bukan dari metode pendidikan, seperti yang kita sangka sebelumnya. Pendidikan yang kita terapkan di sekolah tidak luput dari perwujudan pendidikan yang kita dapatkan dari rumah atau keluarga.
                Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran pengetahuan, ketrampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan berawal saat seorang bayi dilahirkan dan akan berlangsung hingga seumur hidup. Selama proses pendidikan itu berlangsung ,tanpa disadari keluaga memiliki peran pengajaran yang amat berpengaruh dalam proses pembentukan karakter dan pola pikir anak.
                Keterlibatan keluarga, khususnya orangtua adalah kuci sukses dalam keberhasilan seseorang. Anak kecil akan selalu meniru segala perilaku yang ia lihat pertama kali, entah itu perilaku salah maupun benar, apalagi jika itu dalam segi pola pikir. Dan disinilah akan menjadi fatal, jika terus diturunkan ke generasi selanjutnya. Setiap orang pasti berpikir bahwa yang dimaksud pendidikan keluarga adalah di mana orangtua sangat menyayangi dan memperhatikan seorang anak, namun pendidikan keluarga yang sebenarnya adalah pola pikir yang diturunkan orangtua kepada anak.
Sebagai contoh, jika seorang anak kecil sedang belajar berjalan, dan di tengah perjalanan ia terjatuh kemudian menangis. Orangtua dengan sigap akan membantunya berdiri, menenangkan sang anak, dan berkata bahwa karena batu maka sang anak terjatuh. Di sinilah terbentuk kesalahan, bukan salah batu jika sang anak terjatuh, tapi salah anak jika ia terjatuh. Karena sejak awal ia sudah dibiasakan bahwa segala hal bukan atas kesalahannya, dan hingga kelak dewasa nanti sang anak akan merasa tertekan jika ia melakukan suatu kesalahan. Ia selamanya akan sulit menerima adanya kenyataan.

Dan inilah yang tengah saya rasakan, sulit bagi saya untuk mengatakan bahwa “ini kesalahan saya”. Saya rasa segala hal yang saya lakukan sama dengan yang orang-orang lakukan pada umumnya. Namun kembali pada awal,  kami semua dewasa karena pengaruh pola pikir orangtua yang salah.   


2 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html