“Sudah tahu fungsi kuliah?”
Satu pertanyaan yang kini terbesit dalam pikiranku. Kuliah.
Mungkin bukan diriku saja yang kini sedang pusing memikirkan hal yang banyak
dikata orang sebagai penentu kehidupan masa depan. Seluruh siswa yang sedang
dalam waktu ujung masa sekolah SMA juga tengah berpikir keras untuk
menentukannya. Tidak lolos seleksi masuk, tidak ada biaya, hingga salah pilih
jurusan pun membayangi angan-angan kami.
 |
|
Namun pernahkah terpikir untuk apa aku kuliah? Untuk apa aku
sekolah? Inilah satu pertanyaan yang tengah kurasakan sebagai siswa kelas 12. Apakah benar
jika kuliah dapat menjadikan masa depan kita terjamin? Coba kita kaitkan dengan
model pendidikan bangsa saat ini. Tanpa sadar pendidikan bangsa kita bertujuan
untuk menghasilkan seorang buruh. Benar bukan? Kita melewati masa sekolah yang
begitu berat dan memakan waktu yang sangat lama, serta menghabiskan biaya cukup
besar, namun tidak sedikit kita temui sarjana pengangguran, atau sarjana tukang
becak. Jadi apakah menjamin kuliah sebagai penentu masa depan? Dan tidak sedikit
pula kita temui orang sukses tanpa berbekal pendidikan yang mumpuni . Lalu berfungsikah kuliah
dengan semestinya?
“Kalau belum tahu fungsi kuliah, lebih baik jangan kuliah
dulu” itulah salah satu kalimat yang tersimpan dalam ingatanku dari Beliau, Kyai
Tanjung. Seketika saat itulah aku bertanya pada diriku sendiri. Yang sering
kudengar dari para senior yang sudah berkehidupan mapan, tujuan kita kuliah adalah
mencari pekerjaan, mencari uang, mencari kekayaan. Hal ini sangat melenceng
dari haluan awalku sejak menginjak masa Sekolah Dasar yang bercita-cita sebagai
penulis, berharap tulisanku dapat dibaca oleh banyak orang dan saat itu
bayangan uang belum sama sekali mengisi otak polosku. Dan semakin dewasa
cita-cita itu berubah-ubah menjadi di luar jalurku, hingga tujuan untuk
mendapat pekerjaan yang dapat menghasilkan banyak uang.
Kembali aku berpikir. Lantas, salahkah aku kini?
Jurusan Teknik Sipil kini membayangi pikiranku. Kata
“terlanjur” semakin tertancap dalam pemakluman. Terlanjur karena dalam
pemilihan jurusan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi) adalah
Teknik Sipil, terlanjur karena tidak mengikuti kata hatiku, terlanjur karena
mengikuti saran orang lain. “Ah.. sudahlah” pasrah sudah aku memikirkan hal
yang menurutku sangat menguras pikiran.
Seandainya pola pikirku tidak tertuntun hingga seperti ini,
memaksa diriku untuk mengejar sebuah nilai, dan keluarga yang seharusnya
menuntunku malah menuntutku untuk dapat masuk ke Perguruan Tinggi favorit. Mungkin
bukan hanya aku saja yang memikir hal seperti ini, aku hanyalah salah satu
diantara banyaknya calon mahasiswa yang tengah kebingungan mempersiapkan masa
depan, dengan membayangkan hal-hal menakutkan jika kendala itu menghalangi
jalan kami.